(Oleh Futuhul Haq Lillah, Koordinator Divisi PSDI IESC FE UII)
(sumber gambar: filsafat.kompasiana.com)
Paranormal,
biasanya diartikan sebagai orang yang mengetahui, atau bisa mengetahui
perkara-perkara gaib. Ia identik dengan dukun atau kahin. Yaitu, dukun
penerawangan yang biasa menggunakan khaddam ( pembantu ) dari kalangan
jin. Pekerjaan mereka disebut kahanah.
Sedangkan
ahli nujjum atau popular disebut munajjim adalah orang yang mengetahui
atau orang yang biasa meramal nasib maupun kejadian nerdasarkan ilmu
perbintangan ( astrologi ) atau hari kelahiran ( weton, bahasa jawa ).
Adapun palmist adalah tukang meramal nasib dengan membaca atau
menafsirkan rajah ( garis telapak tangan ). Sedangkan dukun adalah adalah orang
yang bisa mengobati penyakit dengan cara yang tidak masuk akal atau luar biasa.
Dalam
akidah islam, yang mengetahui ilmu ghaib hanyalah Allah SWT. “ katakanlah,
tak seorangpun yang di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib kecuali
Allah. “ ( QS an-Naml/27:25 ). Dan hanya Allah yang dapat memberi atau hal
yang gaib kepada orang yang Dia kehendaki, yaitu Rasul. “ ( Dan Allah ) yang
mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memerlihatkan kepada siapapun tentang yang
gaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhoi-Nya. “ ( QS al-Jin/72:26-27 ).
Karena
itu, orang yang mengaku mengetahui alam gaib, dengan cara apapun, padahal ia
bukan utusan Allah, maka ia sama dengan pendusta. Dan mengaku mengetahui hal
yang gaib, berarti menandingi Allah, yang artinya syirik. Orang yang percaya
dan membenarkan dukun atau paranormal, maka ia telah berbuat syirik atau kufur.
Karena ia telah menandingi Allah dalam hal yang sudah merupakan kekhususan-Nya.
Rasulullah
SAW bersabda: “ barang siapa mendatangi dukun, dan ia mempercayai apa yang
dikatakanya, sesungguhnya ia telah kafir ( mengingkari ) wahyu yang diturunkan
kepada Muhammad “ ( HR Abu Daud ). Jadi keparanormalan, perdukunan,
peramalan, dan sebagainya, semuanya berkaitan dengan permainan setan dan jin (
QS asy-Syu’ara/26:221-222 ). Dan
bidang-bidang ini merupakan bagian dari syirik rububiyyah. Karena
mengakui bersekutu dengan Allah dalam masalah ilmu gaib-Nya. Lalu, jika
paranormal atau dukun melakukan ritual atau amalan-amalan perdukunan yang tidak
berdasar hokum syari’at, berarti mereka telah melakukan syirik uluhiyyah.
Seperti dengan memberi persembahan kepada jin dan sebagainya.
Yang
perlu diwaspadai, perdukunan sering sulit dikenali atau dihukumi kemusyrikanya,
sebab banyak praktik ritualnya yang sangat mirip dengan amalan-amalan ‘ibadah
syar’iyyah, padahal hakikatnya berbeda. Sering pula sebenarnya ia
paranormal, tapi berpenampilan ala dokter, paramedic, kiai atau ustadz yang
berbalut simbol-simbol keagamaan. Wallaahu a’lam bish-showab.
0 komentar:
Posting Komentar