Sabtu, 16 Februari 2013

IESC FE UII dalam Bingkai Temilreg; Bahan Evaluasi Diri


(Oleh Gilang Mukti Prabowo, Divisi PPWI)


  Hari benar-benar cepat berlalu. Sudah sepekan sejak saat itu. Saat yang cukup mendebarkan sebenarnya waktu awal, “sepertinya”. Hanya saja perasaan berdebar-debar itu langsung berganti dengan “kaget”. Kaget? Ya nanti kujelaskan.

    Setelah seleksi diumumkan, tim ternyata sudah dibentuk dengan beranggotakan tiga orang. Kali ini IESC FE UII berniat mengirim empat tim olimpiade ditambah dengan Mas Shaleh yang mewakili penulisan LKTI. Tidak banyak buang waktu masing-masing pun belajar dengan giat. Meminjam buku di perpustakaan, membaca dari internet, merangkum, sampai meng-copy dan mempelajari soal-soal temilreg dan temilnas pun dilakukan. Mas Fikri sendiri sempat merasa heran dengan semangat dan rajinnya teman-teman belajar. Hal ini tentunya sebuah keharusan bagi tim lolos seleksi temilreg mengingat pengetahuan tim yang masih sangat sedikit. Ya, temilreg (Temu Ilmiah Regional) merupakan agenda tahunan dari FoSSEI (Forum Studi Silaturahim Ekonomi Islam) Regional Yogyakarta, yang pada kesempatan kali ini dihelat di Fakultas EKonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

   Bukannya tanpa kendala, persiapan temilreg punya kendala besar yang tidak mungkin dihindari. Waktu persiapan bertabrakan dengan Ujian Akhir Semester (UAS) di FE UII. Memang jadwal UAS yang tidak setiap hari ada sebenarnya sedikit menguntungkan untuk persiapan, hanya saja saat ujian yang akan dilangsungkan merupakan mata kuliah yang sulit maka waktu persiapan direlakan untuk belajar. Jadwal ujian yang berbeda-beda juga menjadi hambatan tersendiri untuk dilaksanakannya belajar bersama. Hal tersebut pun tidak mungkin disalahkan kepada tim karena kewajiban utama anggota tim ada pada perkuliahan.

   Saat yang ditunggu-tunggu semakin dekat. Dua hari sebelum temilreg kami dijamu dengan beberapa soal yang diberikan oleh Pembina Tim, Ely Windarti Astuti, SE. Saat tinggal satu hari, diadakan evaluasi soal yang dikerjakan hari sebelumnya. Mba Ely juga membuatkan rangkuman jawaban soal persiapan terakhir. Beliau sendiri meminta maaf secara tertulis dalam rangkuman tersebut karena tidak bisa menemani tim di olimpiade esok. Setelah dievaluasi, hasilnya Alhamdulillah. Evaluasi diakhiri dengan doa. Sepertinya semua berdoa dalam hati sendiri, semoga esok akan sukses. Persiapan terakhir diakhiri dengan tradisi kas kami; foto-foto.

    Apa yang dilakukan setiap anggota tim malam sebelum olimpiade ya? Pasti mereka tetap berdoa. Besoknya, jam setengah tujuh, jam yang sudah disepakati untuk berkumpul, lewat sedikit sih, akhirnya semua anggota tim sudah berkumpul kecuali Mba Nurfitri Martaliah  yang langsung menuju ke tempat.  Kata Mas Fikri, banyak teman-teman yang mendoakan kesuksesan kami. Terima kasih teman doanya. Setelah berdoa pula, tim berangkat.

   Sampai di tempat, ternyata olimpiade sudah dimulai. Tim-tim dari Universitas lain sudah mulai mengerjakan. Setiap anggota tim langsung menuju ke tempat tesnya masing-masing. Disini lah yang ku maksudkan dengan rasa berdebar diganti dengan rasa kekagetan. Rasa berdebar saat akan mengambil soal hilang seketika. Soal-soal olimpiade yang dikeluarkan sangat berbeda dengan yang diprediksi. Hampir sebagian besar soal merupakan soal ekonomi konvensional sedangkan saat persiapan, --kebanyakan yang saya tahu -- belajar ekonomi Islam. Benar-benar tidak terkira. Saya sendiri hanya senyam-senyum mencoba menghibur diri. Entah bagaimana reaksi teman-teman.

   Pengumuman dibacakan setelah pembukaan. Walaupun sempat berharap, tapi ternyata Allah berkehendak lain. Dari sembilan tim lolos penyisihan yang dibacakan tidak ada nama empat tim IESC. Kesal memang, tapi itulah hasil yang harus diterima dengan lapang. UGM Berjaya di penyisihan dengan mengirimkan lima timnya lolos. Walaupun akhirnya hanya menyisakan satu di final. STEI Yogyakarta yang tidak terpikirkan oleh saya, mereka yang keluar sebagai Juara 1 dan Juara 2. Mas Fikri juga bercerita disini tentang persiapan yang dilakukan universitas lain, seperti UGM yang walaupun hanya sepuluh hari tapi mereka rela sampai bermalam. Bagaimana dengan kita?

   Sebenarnya hasil kami tidak terlalu buruk, karena tidak menempati urutan terbawah (mencoba menghibur diri). Melihat kekalahan telak ini sepertinya, jika lolos penyisihan pun kami (menurut saya), maaf, akan langsung tumbang. Bukan tanpa alasan tentunya. Mengingat pengetahuan dan pengalaman tim yang masih sedikit. Jika kami, anggota tim nya yang tertua dari angkatan 2011, tim lain menurut sumber ada yang dari 2010 (lagi-lagi mencoba menghibur diri).

    Tentunya kekalahan ini akan menjadi tidak bermakna jika kita tidak bisa mengambil pelajaran. Saatnya evaluasi diri, sudah seberapa jauh kita dibandingkan dengan mereka. Sudah layakkah kita disejajarkan dengan mereka? Dengan kondisi seperti ini, jika tanpa perubahan, bermimpi menjadi juara pun tak layak. Jalan ternyata masih sangat jauh.

    Sebenarnya kekalahan ini bukanlah tak bermanfaat. Seperti yang dikatakan Mas Fikri “paling tidak dari kekalahan ini, ada yang berbeda dari anggota tim. Pengetahuan dan pengalaman bertambah.Jangan lengah, tetap semangat. Tidak ada sesuatu yang dilakukan merupakan kesia-sian kecuali kita tidak bisa mengambil manfaat darinya.”
(Regard!, Gilang Kotaro).
Categories: , ,

1 komentar: