Sabtu, 20 April 2013

Introduction to Islamic Accounting (kajian IESC sabtu, 13 april 2013)



Oleh : Yunice karina Tumewang (PSDI IESC FE UII)


Sore ini, sabtu 13 april 2013 kembali IESC (islamic Economics Study Club) FE UII mengadakan kajian, masih ditempat yang sama,  ruang  pojok bawah, lantai satu gedung paling utara kampus FE UII atau p1/1 kalau membaca tulisan diatas pintunya, iya diruang ber ac inilah kajian sabtu ini berlangsung.
Seperti sabtu-sabtu sebelumnya aku datang dengan semangat untuk mendapatkan ilmu baru dari pemateri yang datang, apa lagi kali ini temannya islamic accounting, sangat sesuai dengan jurusanku akutansi.
Oiya kali ini pematerinya adalah mb Ely Windarti Hastuti, SE beliau adalah alumni IESC dari jurusan akutansi.
Memulai dengan menerangkan tentang akutansi islam, mba Ely mengawali dari penjelasan yg cukup menarik.
“mengapa saya memilih kata “akuntansi Islam” bukan “akuntansi syari’ah?” Tuturnya memulai kajian kali ini.  “wah ilmu baru nih”  kataku dalam hati
“akuntansi Islam lebih sering dijumpai di hampir seluruh belahan dunia terkecuali Indonesia. Ironis, di negeri Muslim terpadat ini, masyarakatnya nampak begitu mesra dengan kata syari’ah dan terkesan anti dgn kata Islam. Padahal jika dirunut dari segi terminologi, kata “syari’ah” yang diadopsi dari bahasa Arab memiliki makna aturan, sehingga kurang tepatlah jika kita menggunakan kata “syariah” kalau aturan, aturan apa dulu? Masih banyak lagi hal yang perlu ditanyakan. Berbeda dengan kata islam yang mencakup lebih dari sekedar aturan. Sehingga yang lebih tepat adalah akutansi islam karena Islam memiliki makna yang lebih dalam luas dan mencakupi segala hal.”  Kembali mb ely menjelaskan
Dan akupun cuma bisa menganggukkan kepala atas penjelasan ini.
“Islam secara khusus memberikan perhatian pada aktivitas ini, terbukti dari eksistensi akuntansi dalam kalam Ilahi, Q.S. Al-Baqarah: 282.” Katanya lagi. Wah diam-diam aku bangga menjadi bagian dari orang-orang yang mempelajari  akutansi, karena jelas-jelas dasarnya ada di al-quran.
“Baiklah teman-teman pembahasan selanjutnya mengenai cakupan akuntansi Islam, Dalam islam, akuntansi bukan hanya bentuk pertanggung jawaban pelaksana perusahaan kepada para stakeholder (pemangku kepentingan perusahaan) melainkan juga kepada Sang Pemegang Kekuasaan Langit & Bumi, sehingga cakupan akuntansi Islam harus sesuai dengan kehendak Nya” dengan mimik muka yang sedikit serius beliau menjelaskan.
Mba Ely juga Berbicara tentang zakat, bahwa beberapa abad yang lalu, pada masa pemerintahan Islam, seluruh zakat secara individu ataupun kolektif akan tersatu-padukan melalui baitul mal (kas negara) untuk selanjutnya disalurkan secara adil kepada 8 ashnaf yang termaktub dalam al-Qur’an.
Sambil berdiri dari tempat duduknya mba ely berjalan kearah kanan menuju tempat monitor, setelah pas disamping kanan monitor beliau pun menunjukkan jari telunjuknnya kearah monitor sebagai isyarat supaya kami lebih memperhatikan isi slide yang ada di monitor, terpampanglah tulisan “Dikotomi akutansi islam  filosofis-teoritis dan praktis”
Beliau menjelaskan para pakar  terbagi dalam dikotomi pemikiran, pertama Teoritis-filosofis Kelompok ini menginginkan dan mengharuskan akuntansi Islam memiliki konsep yang khas, yang membuatnya berbeda dengan konsep konvensional, sehingga ia harus berdiri di atas konsepnya sendiri tanpa mengadopsi konsep akuntansi konvensional. Pakar-pakar ini menganggap, akuntansi Islam tidak akan sesuai jika diterapkan di atas sistem ekonomi konvensional. Sehingga harus dilakukan revolusi atas sistem ekonomi yang berlaku menjadi sistem ekonomi Islam. Namun jelas, waktu yang dibutuhkan jauh lebih panjang. Selanjutnya Pragmatis Pakar-pakar akuntansi pragmatis meyakini, di tengah penerapan sistem ekonomi konvensional, akuntansi Islam harus mampu beradaptasi dengan sistem yang ada, sehingga harus dapat mengkombinasikan antara konsep konvensional dan konsep Islam. Hal ini bertujuan agar akuntansi Islam memenuhi sifat wajibnya. Sehingga akuntansi Islam dapat langsug digunakan pada tempo yang lebih singkat.
Tambah berkerut keningku mendengar penjelasan ini, tapi diam-diam sebenarnya aku kagum dengan keluasan ilmu pemateri, ingin sekali aku bisa seperti beliau.
Tepat setelah menjelaskan dikotomi pemikiran akutansi islam, mba ely kembali melangkahkan kakinya ketempat duduk dan beliau diam sejenak, sepertinya memberikan waktu untuk peserta kajian mencerna penjelasan beliau.
“Lanjut yah ini slide terakhir sekaligus materi terakhir untuk kajian pekan ini” kata mb ely, “oke deh mba” kataku dalam hati
Untuk yang terakhir ini beliau memaparkan perkembangan akutansi islam, “Dalam hal perkembangan akuntansi Islam di tingkat internasional, pada tahun 1991 beberapa negara Islam berhasil membentuk AAOIFI (Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial Institution), berpusatkan di Bahrain. Hal ini sedikit banyak berimbas pada negeri-negeri mayoritas Muslim lainnya termasuk Indonesia”
“Satu tahun setelahnya, 1992, terbentuklah Bank syari’ah pertama di Indonesia, Bank Muamalat. Namun, ironisnya PSAK (Peraturan Standar Akuntansi Keuangan) mengenai Akuntansi Perbankan Syari’ah barulah terselesaikan pada tahun 2002. Lalu, selama kurun waktu 10 tahun, standar apakah yang digunakan dalam pencatatan akuntansi di Bank Syari’ah tertua di negeri ini ? ”
Beliau menutup kajian dengan sebuah harapan “Semoga kedepannya akuntansi Islam dapat lebih dikenal oleh masyarakat, sehingga nantinya bukan sesuatu yang mustahil, akuntansi Islam akan digunakan di negeri mayoritas Muslim ini” 
“amiin, semoga aku dan kita semua menjadi bagian dari orang-orang yang mengamalkan islam secara kaffah melalui bidang kita masing-masing.” doaku dari dalam hati..

1 komentar: