Temilnas usai sudah dengan kekalahan telak pada nilai. Skor ku minus. Mengharukan. Apa cuma sampai disitu kemampuan ku? Lagi, terbukti kemampuan ku masih begitu rendah jika harus dibandingkan dengan mereka, para juara.
Ketika para senior meminta ku untuk paling tidak lolos semifinal, jujur saja aku ragu mereka mengatakan itu dengan penuh kepercayaan diri. Raut mereka tidak menunjukan hal tersebut. Itu raut muka penuh harap terhadap sesuatu yang jauh. Aku sendiri tidak percaya diri.
Bukannya aku tak berani bermimpi, aku hanya menyadari kemampuan ku. Aku tau aku tidak akan lolos walaupun pernah berharap. Realistis saja. Mereka para juara sudah mempersiapkan diri sejak jauh-jauh bulan sedangkan persiapan ku hanya jauh-jauh hari. Sangat berbeda. Daya juang mereka untuk berkompetisi sangat tinggi. Daya juang ku untuk berkompetisi hanya menyala di awal dan redup di tengah dan mati di akhir. Jalan menuju juara terlalu melelahkan. Dua minggu digempur terus belajar sudah terasa memberatkan. "Ingat tujuan kita ke malang ya, untuk field trip." Celetukku sekali waktu. Mungkin itu cukup menggambarkan betapa daya juang ku begitu rendah.
Yang tersisa dari malang
Lantas apa gunanya ikut ke malang? Lebih baik tak usah mengeluarkan biaya banyak untuk pergi ke sana jika berharap saja tidak berani. Ah tidak begitu teman. Aku tidak suka berharap ketika perjuanganku belum sepadan. Kalaupun lolos waktu itu, mungkin aku akan mengatakan, "I dont deserve to reach this. This is just a luck." Aku tidak mau terlalu menggantungkan diri dari keberuntungan karena pada dasarnya menggantungkan diri pada sesuatu yang tak pasti saja kurang baik.
Hasil temilnas mungkin tidak terlalu menggembirakan. Tapi aku gembira walaupun hanya sebagai penggembira. Pengalaman yang didapatkan sepadan dengan apa yang dikeluarkan. Ini untuk pertama kalinya aku mengikuti event nasional. Masih sangat jauh memang untuk bisa berharap berdiri sejajar dengan mereka. Tapi aku belajar banyak disini. Untuk menjadi juara butuh mental juara. Untuk bermental juara harus punya daya juang yang kuat. Komitmen dengan kekonsistensian yang kuat.
Betapa gembiranya hati ku ketika salah satu personil temilnas mengirim pesan kepadaku tentang sebuah kompetisi di UNS setelah temilnas usai. Semangat meluap setelah kekalahan. Itulah yang tersisa dari malang. Kesadaran betapa bodohnya diri ku saat ini. Kesadaran untuk membaca lebih, belajar lebih, bertanya dan berdiskusi lebih. Aku juga ingin mengusai ilmu ini lebih banyak supaya bisa berdiskusi dengan mereka. Mimpi untuk kemajuan perekonomian Indonesia.
Harapan temilreg
Temilreg. Seharusnya aku sadar lebih awal. Temilreg adalah event tahunan. Seharusnya persiapan bisa lebih baik karena temilreg adalah event yang pasti. Target lebih baik di temilreg bukan lagi sesuatu yang jauh jika mempersiapkan segala sesuatu dari awal. Entah kenapa harapan akan diraihnya hari baik itu terasa begitu dekat. Bersiaplah.
Semoga ini awal yang baik untuk belajar sebelum terjun ke ranah yang lebih besar.
Tulisan ini sangat subjektif karena ini pengalamanku ketika temilnas, bagaimana dengan kalian?
gilanghokage_4
Kemenlu IESC
Kamis, 10 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar