Senin, 23 Desember 2013

Muktamar SEF XIII

Minggu kemarin, 22 Desember 2013, perwakilan IESC yaitu Gilang Mukti Prabowo dan Ahmad Riezki Arief menghadiri muktamar SEF UGM yang ke 13. Hadir juga pada acara muktamar ini yaitu perwakilan dari FKEI dan FoSSEI.

Agenda muktamar ini dibuka pada pukul 07.30 WIB di ruang U303 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM. Muktamar dimulai dengan pembahasan AD/ART dan dilanjutkan dengan pembahasan GBHK dan pemilihan ketua SEF periode 2014. Muktamar SEF UGM berlangsung dengan baik karena keaktifan dari peserta muktamar juga cukup baik. Muktamar ini menghasilkan keputusan Novieka Kurniawan sebagai ketua SEF periode 2014.

Semoga bisa bekerja sama dengan baik dalam membumikan ekonomi islam bersama dengan KSEI lain.

#Kemenlu IESC

Pelatihan Metode Penelitian Ekonomi Islam



Ahad, 17 November 2013 lalu, Islamic Economics Study Club (IESC) FE UII bekerja sama dengan Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Yogyakarta dan P3EI sukses mengadakan Pelatihan Penelitian Ekonom Islam melalui acara “One Day Training Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”.

Acara ini merupakan salah satu bentuk wujud kepedulian IESC beserta dengan FoSSEI Yogyakarta dan P3EI tentang perkembangan ekonomi islam yang semakin baik di Indonesia. Sesuai dengan nama kegiatannya, acara ini bertujuan untuk memberikan pelatihan singkat tentang bagaimana melakukan penelitian dalam ekonomi islam.

Pelatihan Metodologi Penelitian Ekonomi Islam sendiri terbagi menjadi tiga sesi dengan pemateri yang berbeda di setiap sesinya. Topik Penelitian Ekonomi Islam menjadi sesi pertama dengan pemateri Bapak M.B. Hendrianto yang menjabat sebagai Direktur Utama P3EI dilanjutkan dengan materi tentang Metode Analisis Ekonomi Islam oleh Bapak Heri Sudarsono yang juga berasal dari P3EI dan sesi terakhir tentang Pemilihan Alat Analisis Ekonomi Islam oleh Bapak Priyonggo Suseno dari Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Yogyakarta.

Secara keseluruhan acara yang dihadiri oleh 70 peserta dari berbagai latar belakang dan universitas ini berlangsung dengan menarik, terlihat dari antusiasme peserta yang cukup tinggi. Diharapkan melalui acara pelatihan peneltian ekonomi islam ini muncul peneliti-peneliti ekonomi islam nasional yang lebih berkompeten dan bisa bermanfaat untuk perkembangan perekonomian di Indonesia sejalan dengan persiapan Indonesia dalam menghadapi MEA (masyarakat ekonomi Asean)  2015.

Minggu, 22 Desember 2013

Ketauhidan dalam berbisnis

ilustrasi dari fineartamerica.com


            Pada dasarnya manusia, baik individu maupun kelompok, memiliki peran penting dalam perekonomian. Begitu pula dalam berbisnis, berbisnis merupakan salah satu bentuk untuk meningkatkan perekonomian dan memang berbisnis merupakan dasar dari perekonomian itu sendiri. Menurut Hughes dan Kapoor bisnis adalah suatu kegiatan individu yang terorganisis untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

            Suatu Negara bisa dikatakan maju bila kuantitas dan kualitas dalam berbisnya juga bagus, adalah negara China yang diramalkan menjadi poros dunia itu sendiri tidak terlepas dari kuantitas dan kualitas bisnis yang sangat bagus, bayangkan banyak sekali warga negara China bertebaran untuk berbisnis sampai hampir disetiap negara ada pecinan/china town yang memang dijadikan sebagai tempat berbisnis. Sedangakan di Indonesia jumlah pebisnis masih sangat sedikit hanya sekitar 1,26%  padahal untuk menjadi negara berkembang  Indonesia butuh sekitar 2%, oleh karena itu Indonesia masih butuh minimal 0,74% untuk menjadi negara berkembang.

            Perlu kita ketahui bersama kegiatan berbisnis juga dilakukan oleh para nabi-nabi terdahulu, seperti nabi Daud adalah seorang ahli pertenunan ( kain atau baju besi ), nabi Adam seorang petani, nabi Idris seorang tukang jahit begitupula dengan Rasullulah sebagai pebisnis yang ulung pada zamannya. Jadi seharusnya bagi umat islam kegiatan berbisnis merupakan salah satu tonggak utama dalam mencari nafkah karena dalam berbisnis sembilan dari sepuluh pintu rezeki dibuka untuk para pebisnis, jadi alangkah luarbiasanya kegiatan berbisnis.

            Sebagai umat islam sudah sangat dianjurkan sekali untuk berbisnis, nilai-nilai islam lah yang menjadi batasan-batasan dalam berbisnis itu sendiri. Salah satu nilai tersebut bisa dilihat dari ketauhidan dan ketauhidan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam keberagamaan, dasar ini yang kemudian menjadi aspek penting dalam kehidupan. Tauhid adalah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya. Dalam Asma dan sifat-Nya khususnya Allah memiliki sifat dan nama yang hanya dimiliki Allah semata, meskipun secara bahasa ada kesamaan dengan sifat yang dimiliki manusia atau secara umum makhluk yang di ciptakanNya. Sifat-sifat yang dimiliki manusia sangat terbatas sedangkan sifat yang dimiliki Allah tidak terbatas.

 Ini adalah dalil dimana Allah memiliki asma’ yang disebutkan dalam Al-Qur’an
“Allah tidak terbatas. Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (QS. al-A’raf/7 : 180).
            Salah satu sifat Allah adalah yang Maha Mengetahui ( Al-alimun ), bila satu sifat ini saja yang kita yakini benar-benar maka dalam urusan kegatan berbisnis akan berjalan dengan benar. Sebagaimana sikap ini sudah dikisahkan oleh orang-orang terdahulu seperti ketika seorang bernama Abdullah bin Umar, Abdurahman dan seorang pengembala kambing bertemu. Ketika Abdullah bin Umar dan Abdurahman sedang melakukan perjalanan panjang dan terjebak dalam panasnya gurun pasir, mereka berduapun bertemu dengan seorang pengembala kambing, setelah mengeluhkesahkan keadaan Abdullah bin Umar dan Abdurahman lantas langsung pengembala memeras susu kambingnya dan menyuguhi tamunya tersebut. Ketika hidangan susu sudah di habiskan karena panas yang menyengat, mereka berduapun membujuk untuk membeli kambing pengembala tersebut, namun sang pengembala menolak karena hanya mengembalakannya dan kambing tersebut bukan milik pengembala yang sesungguhnya, setelah beberapa lama menghasut pengembala hingga akhirnya pengembala tersebut geram dan mengucapkan “ Lantas dimana Allah?!” lalu kedua pengembara itu terpaku, hatinya merasakan sesuatu yang sejuk dan tampa sadar mereka berduapun menangis merasa malu karena mencoba menghasut pengembala tersebut.
            Dari cerita diatas terlihat bahwasannya ketauhidan sangat berpengaruh sekali dalam segala aspek kehidupan, bila semua mengimpletasikan kaidah-kaidah ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari maka pada dasarnya tidak ada masalah dalam semua aspek kehidupan baik sosial, politik, ekonomi ataupun sains tekhnologi.
Ditulis oleh
Arief Hadi Prayoga, Kementrian Kewirausahaan


Daftar Pustaka

Sindonews.com
http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/materi-kuliah/fk/macam2-tauhid/
Muhammad, H. (2005). Di Mana Allah?. Jakarta, Indonesia : Gema Insani
Alma, B., & Priansa, D, J. ( 2009 ). Manajemen Bisnis Syariah. Bandung, Indonesia : ALFABETA








Jumat, 15 November 2013

Students Indonesian Moslems’ Frequency Of Reciting The Holy Qur'an : A Research


A Research conducted by:
Ahmad Dhiyaullatief Bachtiar
(KemenLu) 


Abstract
The aims of this research are to collect the data and make comparison of the frequency of reciting holy Qur’an among Indonesian Muslims student, and to analyze the causes of lacking the reciting of holy Qur’an among Indonesian Muslims student. The survey to the students in elementary school, junior high school, and senior high school towards the frequency of reciting Holy Qur’an was conducted by distributing quetionnaires. The results indicate that most of them were already taught how to recite holy qur’an. The research conclude that they are still having willingness to recite holy qur’an but the problem is that they are not too istiqomah on conducting it. It is recommended that parents also have to plant the willingness in their childern’s heart to keep being istiqomah on reciting holy qur’an and always introduce about Islamic thought, especially about reciting Holy Qur’an.




Chapter 1: Introduction
1.1.                     Introduction
            Holy Qur’an literally meaning “ the recitation “ is the central religious text of Islam, which Muslims believe that Qur’an is the words of Allah, the guidance, and the basis for Islam religion. It contains many things included laws, best inspiring stories from people in the old times, and obligation for Muslims in the end of era. Nowadays, many Muslims are losing the values of holy Qur’an as guidance of Islam. In reality, many of elementary students in Indonesia still have willing to recite the holy Qur’an, but for the student of junior and senior high school, they are lacking of willing to recite the holy Qur’an.  But some of them are diligent to reciting holy Quran. This change is because of many reasons and many causees. Many students in Indonesia started to recite holy Quran, someone feel easy and hard such as ordered, self awareness. Based on this statement, this research is to explore how often, the frequency of reciting Holy Quran from elementary students until senior high school students in Indonesia, because life starts from those educations. Researcher reason is to collect certain data needed about implementation of frequency of reciting holy Quran of students in various education levels. Explore the frequency of reciting holy Quran differences between various levels of education. And to determine many differences frequency of reciting Holy Quran in various levels of education.
1.2.         Problem Formulation
ΓΌ  How often Moslem students in Indonesia in various education levels are reciting Holy Quran?
ΓΌ  Why are many students in various education levels often and rare reciting Holy Quran?

Perbandingan Lembaga Pengelola Zakat Di Indonesia Dan Malaysia



Oleh : Rizki Abdillah (PPWI)

A. Pengelolaan Zakat di Indonesia
             Berdasarkan UU. RI. No. 23 Tahun 2011 pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
            Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah Indonesia membentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS ini berkedudukan di ibu kota negara. BAZNAS ini merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.
            BAZNAS mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Kamis, 14 November 2013

Kedaulatan dan (Mental) Kita

Masih segar di ingatan, ketika Presiden ketiga kita, Bapak BJ. Habibie, berpidato di depan beberapa anggota DPR dan MPR. Dalam pidatonnya beliau menyampaikan betapa pentingnya kedaulatan teknologi dimiliki oleh Bangsa Indonesia yaitu dengan kemandirian produksi teknologi yang dibutuhkan negara. Saat itu nampak anggukan-anggukan dari peserta tanda kesepahaman. Bahkan beberapa pejabat, di depan wartawan, mengungkapkan bahwa mereka sangat setuju dengan isi pidato yang Pak Habibie sampaikan.

Beberapa tahun setelah pidato yang beliau sampaikan itu, indonesia memang maju. Pertumbuhan ekonomi merangkak naik dan dengan bangga pemerintah mengatakan Indonesia masuk 20 besar negara maju di dunia.  

Memang benar, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 bisa mencapai 6,23% (YoY) dan merupakan salah satu yang tertinggi di Asia setelah China yang tumbuh sebesar 7,8% (YoY). Namun pertanyaannya, dengan pertumbuhan ekonomi seperti itu sudah kah Indonesia berdaulat minimal secara ekonomi? Kedaulatan merupakan suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat, atau atas diri sendiri. Dalam hal kedaulatan ekonomi, sudahkah indonesia berdaulat?

Tidak terbantahkan Indonesia merupakan negara berdaulat, tetapi jangan-jangan hanya berdaulat secara “politik”. Kedaulatan dalam hal ekonomi dan pasar, ditengah merangkak naiknnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, sepertinya perlu dipertanyakan karena perekonomian cenderung didominasi asing. Seperti tertulis dalam tajuk rencana tempo, jumat 8 November, Indonesia memiliki kedaulatan mata uang, tetapi di bidang perbankan, sebesar 50.6% aset perbankan nasional dimiliki oleh asing.
Ilutrasi

Di bidang telekomunikasi, asing menguasai sebesar 35-60% aset nasional. Dengan dominasi seperti itu, pantas saja terjadi penyadapan alat telekomunikasi oleh negara lain. Bagaimana pemerintah bisa menjaga kedaulatan komunikasi, jika telekomunikasi ikut dikendalikan asing? Dalam bidang wisata alam kepemilikan asing juga diperluas dari 49% menjadi 70%, sementara dibidang farmasi dari 75% menjadi 85%. 

Wah... dengan kekuatan asing yang begitu dominan, dikhawatirkan daya tawar Indonesia semakin melemah. Apalagi program untuk kemandirian ekonomi bangsa, terkesan setengah-setengah. Indonesia menjadi pasar yang sangat menggiurkan bagi produk asing. Berbagai jenis buah-buahan yang bisa ditanam dan dikembangkan di negara sendiri malah harus impor. Garam, bawang, dan beras yang menjadi barang pokok pun begitu deras masuk kepasar Indonesia. Sudah didalam negeri dikuasai asing, masih harus diserbu pula oleh produk-produk asing.

Ah sudahlah
Ternyata diam-diam, disana, ada yang tersenyum “bahagia” dengan keadaan Indonesia yang seperti ini, malah ada yang mempersilahkan Indonesia untuk di “jajah” lagi dengan cara “menjilat” tuan-tuan dari negeri asing.

"Yang terpenting pastikan itu bukan (mental)  kita."


ketika matahari mulai beranjak kebarat..
Senin, 11 November 2013, perpustakaan pojok gang kenari, 113.
#Fikri Farhan
 


 
 


 


Rabu, 13 November 2013

WOLES ; Wawasan Organisasi dan Diklat Ekonomi Syariah

Seminggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 2-3 November, IESC FE UII mengadakan Diklat Ekonomi Syariah atau biasa disingkat dengan DES (di beberapa KSEI lain namanya berbeda).

Konsep DES periode sekarang berbeda dengan konsep DES periode lalu. Untuk periode sekarang, DES juga dibarengi dengan penambahan wawasan tentang organisasi. Maka jadilah tahun ini DES bernama WOLES.


Kegiatan WOLES terbagi menjadi di dua tempat, yang pertama di FE UII dan yang kedua di Pantai Baru, Bantul. Kegiatan Hari pertama di FE adalah pengenalan tentang Ekonomi Islam yang diisi oleh Bapak Hery Sudarsono dan Bapak Bektie Hendrianto dari P3EI. Peserta yang kebanyakan merupakan anggota baru IESC terlihat cukup antusias dengan materi yang disampaikan.


Setelah materi dari Pak Hery dan Pak Bekti, kegiatan dilanjutkan di Pantai Baru. Di pantai, kegiatan pertama diisi dengan materi dari Mas Budi selaku perwakilan dari alumni dan teman-teman dari FoSSEI Jogjakarta. Secara keseluruhan Kegiatan di pantai lebih ke pengeratan ukhuwah dari setiap anggota IESC.



Salah satu hal baru pada periode sekarang yang juga diterapkan saat WOLES yaitu FGD. FGD perdana kali ini membahas tentang materi yang diberikan oleh Kedua Pemateri. Dari hasil evaluasi FGD nampaknya metode pembelajaran melalui FGD ini efektif untuk diterapkan di IESC.


Semoga apa yang sudah dilakukan di WOLES menjadi salah satu faktor untuk majunya IESC di FE UII dan membuminya Ekonomi Islam.

#Kemenlu IESC

Minggu, 13 Oktober 2013

Pelantikan Pengurus IESC Periode 2013-2014



Senin, 7 Oktober 2013 lalu, Pengurus IESC periode 2013-2014 telah resmi dilantik oleh Ketua LEM FE UII. Pelantikan yang dimulai Pukul 20.00 WIB di ruang P1/1 Fakultas Ekonomi ini berjalan dengan cukup khidmat.  Agenda pelantikan dibuka dengan bacaan basmalah yang dipimpin oleh MC, Futuhul Haqq dari Kementrian Wirausaha yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an.  

Pelantikan kali ini dilakukan dengan diambil sumpah yang dipimpin oleh Ketua LEM. Pelantikan juga dihadiri teman-teman tamu undangan, diantaranya alumni IESC, pengurus IESC periode 2012-2013 yang diwakili Fikri Farhan, teman-teman DPM, Kopma, dan teman-teman Lembaga.